Posts

Showing posts from May, 2020

Karya Al-Asy’ari

AHLI SUNNAH WAL-JAMA’AH : ASY’ARIAH DAN MUTURIDIAH Aliran Asy’ariah Riwayat Al-asy’ari Namanya Abu al-Hasan ‘Ali bin Ismail al-Asy’ari, dilahirkan di kota basrah (Irak) pada tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H/935 M, keturuna Abu Musa al-Asy’ari. Seorang sahabat dan perantara dalam sengketa antara Ali dan Mu’awiyah. Pada waktu kecilnya, al-Asy’ari berguru pada seorang tokoh Mu’tazilah yakni Abu Ali al-Jubbai, untuk mempelajari ajaran-ajaran Mu’tazilah dan memahaminya. Aliran ini dianutnya sampai ia berusia 40 tahun dan semasa hidupnya digunakan untuk mengarang buku-buku Mu’tazilahan. Ketika berusia 40 tahun, ia mengasingkan diri dari orang banyak di rumahnya selama 15 hari. Kemudian ia pergi ke mesjid besar Basrah untuk menyatakan di depan orang banyak, bahwa ia mula-mula memeluk paham aliran Mu’tazilah, antara lain tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala, manusia sendiri yang menciptakan pekerjaan-pekerjaan dan keburukan. Kemudian ia mengatakan sebagai

Riwayat Al-asy’ari

AHLI SUNNAH WAL-JAMA’AH : ASY’ARIAH DAN MUTURIDIAH Aliran Asy’ariah Riwayat Al-asy’ari Namanya Abu al-Hasan ‘Ali bin Ismail al-Asy’ari, dilahirkan di kota basrah (Irak) pada tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H/935 M, keturuna Abu Musa al-Asy’ari. Seorang sahabat dan perantara dalam sengketa antara Ali dan Mu’awiyah. Pada waktu kecilnya, al-Asy’ari berguru pada seorang tokoh Mu’tazilah yakni Abu Ali al-Jubbai, untuk mempelajari ajaran-ajaran Mu’tazilah dan memahaminya. Aliran ini dianutnya sampai ia berusia 40 tahun dan semasa hidupnya digunakan untuk mengarang buku-buku Mu’tazilahan. Ketika berusia 40 tahun, ia mengasingkan diri dari orang banyak di rumahnya selama 15 hari .Kemudian ia pergi ke mesjid besar Basrah untuk menyatakan di depan orang banyak, bahwa ia mula-mula memeluk paham aliran Mu’tazilah, antara lain tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala, manusia sendiri yang menciptakan pekerjaan-pekerjaan dan keburukan. Kemudian ia mengatakan sebagai

Aliran Asy’ariah

AHLI SUNNAH WAL-JAMA’AH : ASY’ARIAH DAN MUTURIDIAH Aliran Asy’ariah Riwayat Al-asy’ari Namanya Abu al-Hasan ‘Ali bin Ismail al-Asy’ari, dilahirkan di kota basrah (Irak) pada tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H/935 M, keturuna Abu Musa al-Asy’ari. Seorang sahabat dan perantara dalam sengketa antara Ali dan Mu’awiyah. Pada waktu kecilnya, al-Asy’ari berguru pada seorang tokoh Mu’tazilah yakni Abu Ali al-Jubbai, untuk mempelajari ajaran-ajaran Mu’tazilah dan memahaminya. Aliran ini dianutnya sampai ia berusia 40 tahun dan semasa hidupnya digunakan untuk mengarang buku-buku Mu’tazilahan. Ketika berusia 40 tahun, ia mengasingkan diri dari orang banyak di rumahnya selama 15 hari .Kemudian ia pergi ke mesjid besar Basrah untuk menyatakan di depan orang banyak, bahwa ia mula-mula memeluk paham aliran Mu’tazilah, antara lain tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala, manusia sendiri yang menciptakan pekerjaan-pekerjaan dan keburukan. Kemudian ia mengatakan sebagai

AHLI SUNNAH WAL-JAMA’AH : ASY’ARIAH DAN MUTURIDIAH

AHLI SUNNAH WAL-JAMA’AH : ASY’ARIAH DAN MUTURIDIAH Aliran Asy’ariah Riwayat Al-asy’ari Namanya Abu al-Hasan ‘Ali bin Ismail al-Asy’ari, dilahirkan di kota basrah (Irak) pada tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H/935 M, keturuna Abu Musa al-Asy’ari. Seorang sahabat dan perantara dalam sengketa antara Ali dan Mu’awiyah. Pada waktu kecilnya, al-Asy’ari berguru pada seorang tokoh Mu’tazilah yakni Abu Ali al-Jubbai, untuk mempelajari ajaran-ajaran Mu’tazilah dan memahaminya. Aliran ini dianutnya sampai ia berusia 40 tahun dan semasa hidupnya digunakan untuk mengarang buku-buku Mu’tazilahan. Ketika berusia 40 tahun, ia mengasingkan diri dari orang banyak di rumahnya selama 15 hari .Kemudian ia pergi ke mesjid besar Basrah untuk menyatakan di depan orang banyak, bahwa ia mula-mula memeluk paham aliran Mu’tazilah, antara lain tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala, manusia sendiri yang menciptakan pekerjaan-pekerjaan dan keburukan. Kemudian ia mengatakan sebagai